Test Footer 2

الاثنين، 17 ديسمبر 2012

STUDI NAHWU MAZHAB BAGHDAD

STUDI NAHWU MAZHAB BAGHDAD

1. TOKOH-TOKOH KUFAH LEBIH DULU MASUK KE BAGHDAD
Para ahli nahwu dan ahli bahasa Kuffah telah datang terlebih dahulu ke Baghdad bila dibandingkan para ahli dari Bashrah. Hal ini dapat dilihat melalui kedatangan Al-Kasai ke Baghdad dengan membawa ilmu nahwu Kuffah serta pendapat-pendapat para ahli tentang ilmu tersebut. Lebih dari itu, pada masa pemerintahan Khalifah Harun Ar-Rasyid, Al-Kasai bahkan dipercaya oleh khalifah untuk menjadi guru bagi kedua putranya yang bernama Amin dan Makmun. Dan ketika kesehatannya mulai menurun, dia menunjuk temannya yang bernama Ali bin Malik Al-Ahmar untuk menggantikannya menjadi guru bagi kedua putra khalifah. Demikianlah, al-Kisa’i telah mampu menempatkan aliran nahwu Kuffah di Baghdad, dan memasukkannya ke dalam pemerintahan khalifah Harun Ar-Rasyid. Tokoh lain yang datang ke Baghdad setelah Al-Kasai dan Al-Ahmar adalah Yahya bin Ziad Al-Fara’, yaitu tepatnya pada masa pemerintahan khalifah Makmun, untuk menjadi guru bagi kedua putra khalifah.
Kedatangan para ilmuwan Kuffah ke Baghdad senantiasa mendapat sambutan baik dari pemerintah, bahkan mereka diberi kedudukan yang terhormat, misalnya saja sebagai guru bagi putra kaisar maupun sebagai penasehat khalifah, karena mereka dianggap telah berjasa memperkenalkan sebuah ilmu baru pada Baghdad. Penyebab dari hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Thoyyib Al-Lughawy adalah, bahwa pada masa tersebut, Baghdad hanya dikenal sebagai kota kerajaan dan bukan kota ilmu pengetahuan, sehingga mereka senantiasa memberikan tempat istimewa pada orang-oranga yang mereka anggap memiliki ilmu pengetahuan dan memperkenalkannya pada mereka.

2. BASHRAH DAN KUFAH BERTEMU DI BAGHDAD
Ketika berita tentang kemuliaan yang didapatkan oleh para pakar nahwu Kuffah dalam pemerintahan khalifah Bani Abbas di negeri Baghdad tersebar, maka hal ini memicu hasrat dari sebagian pakar nahwu Bashrah untuk mengadu nasib ke Bagdad, dengan harapan mereka dapat ikut merasakan apa yang telah diperoleh para ilmuwan Kuffah. Meskipun kedatangan mereka banyak ditentang oleh tokoh-tokoh Bani Abbas, namun pada akhirnya mereka berhasil mendapatkan posisi di Baghdad karena mereka memiliki perangai yang baik.
Dengan kedatangan para pakar Bashrah ini, maka dapat diketahui bahwa ada dua macam aliran nahwu yang masuk ke Baghdad, yaitu aliran Kuffah dan aliran Bashrah. Kedua aliran ini tumbuh di Baghdad dengan karakteristik masing-masing, sehingga pendukung keduanyapun juga terbagi menjadi dua kelompok yang berbeda. Dengan adanya berbagai perbedaan yang ada dalam kedua aliran ini, maka yang muncul ke permukaan pada tahap selanjutnya adalah adanya persaingan sengit antara keduanya dan tidak pernah mencapai titik temu. Perbedaan dan perselisihan dua aliran tersebut selanjutnya melahirkan sebuah aliran baru yang diberi nama aliran Baghdad, yaitu aliran yang memadukan aliran Kuffah dan aliran Bashrah kemudian disesuaikan dengan kaidah-kaidah bahasa Arab yang telah ada.

3. PAKAR NAHWU YANG TERKENAL DI BAGHDAD
1. Abu Musa Al-Khamidh
Nama lengkapnya adalah Abu Musa Sulaiman bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad. Dia belajar ilmu nahwu dari Abu Abbas, pada saat dia berusia sekitar 40 tahun. Meskipun demikian, dia juga belajar nahwu dari para pakar nahwu Bashrah. Abu Musa wafat pada malam Kamis tanggal 7 Dzul Hijjah tahun 305 H, dan dimakamkan di Baghdad. Karya-karya peninggalan Abu Musa antara lain yaitu : kitab Khalqu’l-Insan, kitab A’s-Sabaq wa An-Nidhal, kitab An-Nabat, kitab Al-wuhusy dan kitab Mukhtashar fi An-Nahwi.

2. Ibnu Kisan
Nama lengkapnya adalah Abu Al-Hasan Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Kisan. Dia belajar ilmu nahwu dari para pakar nahwu Kuffah dan Bashrah, oleh karena itu dia hafal dan faham dengan baik teori-teori serta madzhab-madzhab yang ada dalam kedua aliran ini. Pada masa itu, Ibnu Kisan terkenal sebagai seorang tokoh yang agamis dan pecinta ilmu. Dia wafat pada hari Jum’at tanggal 8 Dzul Qa’dah tahun 299 H. Karya-karya peninggalan Ibnu Kisan terdiri dari berbagai tulisan tentang kaidah-kaidah bahasa Arab. Misalnya saja karya di bidang ilmu nahwu seperti Mukhtashar fi An-Nahwi, Mudzakkar wa Muannats, Al-Fa’il wa Al-Maf’ul, dsb. Selain itu, ada pula tulisannya di bidang ilmu sharf, seperti Kitab At-Tashrif.

3. Ibnu Syaqir
Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Ahmad bin Al-Hasan bin Al-‘Abbas bin Al-Faraj bin Syaqir. Seperti halnya Ibnu Kisan, Ibnu Syaqir juga belajar ilmu nahwu dari para pakar nahwu Kuffah dan Bashrah. Sehingga dia memadukan dua aliran yang berbeda ini. Dia wafat pada bulan Shafar tahun 317 H. Karya peninggalannya antara lain yaitu kitab Mukhtashar fi An-nahwi, kitab Al-Maqshur wa Al-Mamdud, dan juga kitab Al-Mudzakkar wa al-Muannats.

4. Ibnu Al-Khayyath
Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Ahmad bin Muhammad bin Manshur bin Al Khayyath. Dia memadukan aliran nahwu Kuffah dengan aliran nahwu Bashrah sebagaimana Ibnu Kisan dan Ibnu Syaqir. Ibnu Al-Khayyath wafat pada tahun 320 H di Bashrah. Karya-karya peninggalannnya di bidang ilmu nahwu antara lain yaitu kitab An-Nahwu Al-Kabir, kitab Al-Mujaz, dsb.

5. Nuftuwaih
Nama lengkapnya yaitu Abu ‘Abdullah Ibrahim bin Muhammad bin ‘Arafah bin Sulaiman bin Al-Mughirah bin Habib bin Al-Muhallab bin Abi Shafrah Al-‘Itky Al-Azda Al-Wustho. Lahir sekitar pertengahan tahun 240 H, dan bertempat tinggal di Baghdad. Dia bersaudara dengan Khalid bin ‘Abdullah Al-Muzany. Dia juga termasuk salah satu tokoh yang memadukan aliran Kuffah dan Bashrah, namun dia menolak pendapat yang mengatakan adanya proses etimologi dalam kalam Arab. Nuftuwaih wafat pada hari Rabu tanggal 12 Shafar tahun 323 H di Baghdad, dan dimakamkan pada hari Kamis. Karya-karya peninggalan Nuftuwaih antara lain yaitu kitab At-Tarikh, kitab Al-Iqtisharat, Kitab Gharib Al-Qur’an, kitab Al-Itstitsna’, dsb.


6. Ibnu Al-Anbary
Nama lengkapnya yaitu Abu Bakar Muhammad bin Abi Muhammad Al-Qasim bin Basyar bin Al-Hasan bin Bayan Ibnu Sama’ah Ibnu Farwah bin Quthn bin Da’amah Al-Anbary. Lahir pada hari Ahad tanggal 11 Rajab tahun 271 H dan wafat sebelum berusia 50 tahun, yaitu sekitar tahun 328 H di Baghdad, dan dimakamkan di dekat makan ayahnya. Ibnu Al-Anbary adalah seorang ilmuwan yang berbudi pekerti luhur dan sekaligus memiliki hafalan yang kuat. Di bidang ilmu nahwu, dia banyak belajar dari para pakar nahwu Kuffah. Karya-karya peninggalannya sangat banyak baik di bidang ilmu nahwu, kebahasaan, sastra maupun di bidang ilmu hadits. Misalnya saja di bidang ilmu nahwu dia menulis kitab Al-Maqshur wa Al-Mamdud, di bidang kebahasaan dia menulis kitab Al-Alqab, di bidang sastra dia menulis kitab (meski belum selesai)dan kitab Gharib Al-Hadits (juga belum selesai) di bidang ilmu hadits.

7. Al-Akhfasy Al-Ashghar
Nama lengkapnya adalah Abu Al-Hasan Ali bin Sulaiman bin Al-Fadhl. Dia termasuk salah seorang pakar nahwu yang terkenal yang mempelajari ilmu nahwu dari berbagai pakar nahwu sebelumnya. Dan untuk itu dia banyak melakukan perjalanan meninggalkan Baghdad. Setelah dia kembali ke Bahgdad, dia mulai jatuh dalam kemiskinan hingga pada akhirnya wafat secara mendadak pada tanggal 7 bulan Dzul Qa’dah tahun 315 H dan dimakamkan di pemakaman Qantharah Baradan. Karya peninggalannya yang terkenal antara lain yaitu Sarh kitab Sibawaih, Tafsir Risalah kitab Sibawaih, kitab At-Tatsniyah wa Al-Jam’u, kitab Al-Madzhab fi An-Nahwi, kitab Al-Jarrad dan kitab Al-Anwa’.

Kelompok Kedua
Yang dimaksud kelompok kedua di sini adalah salah satu kelompok yang membesarkan aliran Baghdad. Mereka adalah para pakar nahwu yang mempelajari ilmu nahwu dengan cara berguru pada pakar nahwu Bashrah dan kemudian mempelajari ilmu nahwu aliran Kuffah. Setelah mempelajari secara mendalam dan membandingkan keduanya, kelompok ini selanjutnya juga memadukan aliran Kuffah dan aliran Bashrah menjadi sebuah aliran, yaitu aliran Baghdad. Para pakar yang masuk dalam kelompok kedua ini antara lain yaitu :

1. Az-Zujaj
Nama lengkapnya adalah Abu Ishaq Ibrahim bin Muhammad bin As’Sury bin Sahl Az’Zujaj. Dia mendapat julukan Az-Zujaj karena bekerja sebagai pemotong kaca. Mula-mula dia mempelajari ilmu nahwu dari Kuffah dan kemudian memadukannya dengan ilmu nahwu dari Bashrah. Az-Zujaj wafat pada hari Jum’at tanggal 11 Jumadal Akhir tahun 310 H. Karya-karya peninggalannya antara lain yaitu kitab Ma’ani Al-Qur’an, kitab Al-Isytiqaq, kitab Al-Qawafy, kitab Al-‘Arudh, kitab Khalq Al-Insan, ktan Mukhtashar fi An-Nahwi, kitab Syarh Abyat Sibawaih, dsb.

2. Ibnu As-Siraj
Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad bin As-Sury bin Sahl As-Siraj. Mendapat julukan As-Siraj karena dia mempunyai keahlian membuat pelana kuda. Dia termasuk salah seorang pakar nahwu dan sastra. Untuk ilmu nahwu, mula-mula dia belajar dari pakar nahwu Bashrah seperti Sibawaih. Ibnu As-Siraj wafat pada hari Ahad tanggal 3 Dzul Hijjah tahun 316 H. Karya-karya peninggalannya terdiri dari buku-buku bahasa, nahwu dan juga sharf, antara lain yaitu kitab Jumal Al-Ushul, kitab Al-Mujaz fi An-Nahwi, kitab Al-Isytiqaq, kitab Syarh Sibawaih, kitab Asy-Syi’r wa Asy-Syu’ra’, kitab Al-Muwashalat fi Al-Akhbar wa Al-Mudzkkarat, dsb.

3. Az-Zujajy
Nama lengkapnya adalah Abu Al-Qasim ‘Abdu’r-Rahman bin Ishaq Az-Zujajy. Dia bukan penduduk asli Baghdad. Dia tiba di Baghdad pada saat masih kecil. Ilmu nahwi yang dikuasainya dia pelajari dari Muhammad bin Al-‘Abbas Al-Yazidy, Abu Bakar bin Darid, Abu Bakar bin Al-Anbary, juga dari pakar yang lain termasuk Az-Zujaj. Selanjutnya dia tinggal di Damaskus. Dan pada bulan Rajab tahun 307 H, dia wafat pada saat dalam perjalanan meninggalkan Damaskus bersama Ibnu Al-Haris. Karya-karya peninggalannya berupa buku-buku bahasa ,nahwu, ‘Arudh dan sastra. Diantara buku-buku tersebut yaitu kitab Al-Jumal, Al-Kafy, Syarh Kitab Al-Alif wa Al-Lam Li’l-Mazany, Syarh khutbah Adab Al-Katib, dsb.

4. Mubraman
Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad bin ‘Ali bin Ismail Al-‘Askary. Dia belajar ilmu nahwu dari pakar nahwu Bashrah dan Az-Zujaj. Mubraman wafat pada tahun 345 H. Karya-karya peninggalannya yang terkenal di bidang nahwu dan bahasa antara lain yaitu Syah kitab Sibawaih (belum selesai), Syarh Syawahid Sibawaih, An-Nahwu Al-Majmu’ ‘ala Al-‘Ilal, dsb.

5. Ibnu Durustuyah
Nama lengkapnya adalah Abu Muhammad ‘Abdullah bin Ja’far bin Durustuyah bin Al-Marzuban. Dia dilahirkan di Persia pada tahun 258 H dan kemudian menetap di Baghdad. Ilmu nahwu dia pelajari dari Bahsrah dan Kuffah sedangkan ilmu sastra dia pelajari dari Ibnu Qutaybah. Ibnu Durustuyah wafat pada hari Senin tanggal 9 Safar tahun 347 H. Karya-karya peninggalannya di bidang bahasa, nahwu dan sastra antra lain yaitu kitab Al-Mutammim, kitab Al-Irsyad fi An-Nahwi, kitab Al-Hidayah Syarh Kitab Al-Jurumy, kitab Gharib Al-Hadits, kitab Tafsir Asy-Syai’, dan masih banyak lagi yang lainnya.



4. PENGARUH MADZHAB BAGHDAD TERHADAP KONFLIK POLITIK
1. Penopang Madzhab Baghdad
Pada masa-masa awal munculnya aliran Baghdad, yaitu sekitar abad ke-3 H, perkembangan ilmu nahwu di Baghdad lebih didominasi oleh pengaruh dari Kuffah dari pada pengaruh dari Bashrah.. Hal ini tidak lepas dari campur tangan kekuasaan khalifah-khalifah Bani Abbas. Dominasi pengaruh madzhab Kuffah ini masih terus terasa, dan baru dapat berkurang setelah tokoh-tokohnya meninggal dunia.
Dalam perkembangan selanjutnya, para pakar nahwu Baghdad berupaya memadukan madzhab Kuffah dan Bashrah, kemudian mereka formulasikan ke dalam sebuah aliran baru yang disebut sebagai aliran Baghdad, di mana kaidah-kaidah yang mereka gunakan sebagian diambil dari kaidah-kaidah nahwu Kuffah, sebagian dari kaidah-kaidah nahwu Bashrah dan sebagian lagi adalah kaidah-kaidah nahwu baru hasil ijtihad ataupun istimbat mereka.

2. Popularitas Madzhab Baghdad di Lingkungan Kerajaan dan di Daerah
Pada masa pemerintahan Bani Abbas, perkembangan ilmu pengetahuan agak terhambat karena adanya campur tangan dari pemerintah, yang lebih memihak pada madzhab Kuffah. Sebagai reaksi dari kesewenang-wenangan pemerintah tersebut, membuat para ilmuwan berniat meninggalkan negeri Baghdad, yang mereka anggap tidak memberikan kedamaian. Kondisi Baghdad yang demikian masih terus berlangsung sampai datangnya Abu Al-Husain Ahmad bin Abu Syuja’ Bawaih pada tahun 334 H ke negeri tersebut dan mendirikan kekhalifahan Persi di Baghdad. Dan dalam perkembangannya, wilayah pemerintahan Bani Abbas kemudian terpecah menjadi beberapa bagian.
Seiring dengan terpecahnya kerajaan Abbasiyah, maka para pecah pula ikatan madzhab Baghdad, karena para pakar nahwu yang bermadzhab Baghdad tersebut, terpisah oleh wilayah-wilayah yang berbeda. Karena wilayah mereka telah terpisah. Oleh kaerena itu, selanjutnya para pakar nahwu tersebut menjalani kehidupan yang baru di wilayah mereka masing-masing. Hal ini berarti bahwa, para pakar tersebut mempunyai kebebasan untuk mengembangkan madzhab nahwu mereka, bebas dari pengaruh dan tekanan siapapun, termasuk pengaruh dan tekanan dari pemerintahan Bani Abbas, sehingga mereka bebas berijtihad tanpa terpengaruh oleh pakar-pakar di wilayah lain kecuali untuk kepentingan perkembangan bahasa Arab.

3. Misi Baru Madzhab Baghdad
Berbeda dengan pemerintahan Bani Abbas, maka pemerintahan baru yang ada di Baghdad lebih memberi perlindungan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan menghormati para ilmuwan pada masing-masing bidangnya. Mereka diberi kesempatan untuk mengembangkan ilmu-ilmu yang berhubungan dengan bahasa Arab, bahkan lebih dari itu, mereka dianggap sebagai bagian dari kerajaan meskipun mereka berasal dari wilayah lain. Pada masa pemerintahan As-Saljuqiyah, didirikanlah madrasah yang pertama dalam sejarah. Dikatakan pertama karena pada masa sebelumnya, proses pendidikan hanya berlangsung di masjid-masjid saja. Perhatian lebih dari pemerintah terhadap ilmu pengetahuan dan ilmuwan ini, selanjutnya memacu semangat para ilmuwan untuk lebih produktif. Sehingga pada masa tersebut, banyak bermunculanlah pengarang-pengarang besar nahwu, lebih dari apa telah ada sebelumnya, karena pada umumnya, mereka tidak cukup puas hanya menggunakan kaidah-kaidah dari pendahulu mereka saja, akan tetapi mereka mengembangkannya dengan ijtihad mereka sendiri. Dengan adanya perbedaan lingkungan dan juga perbedaan nuansa politik yang ada, selanjutnya diadakan pengelompokan terhadap para ilmuwan. Ilmuwan yang ada pada masa pemerintahan saat ini (setelah pemerintahan Bani Abbas) disebut para ilmuwan (pakar) kontemporer, sedangkan ilmuwan yang ada pada masa sebelumnya (pada masa pemerintahan Bani Abbas) disebut sebagai ilmuwan (pakar) konvensional (tradisional).

5. PAKAR NAHWU KONTEMPORER MADZHAB BAGHDAD
1. As-Sirafi
Nama lengkapnya Abu Sa’id al-Hasan bin Abdullah bin Marzaban. Dia dilahirkan di Siraf (sebuah nama kota di pelabuhan di tepi laut Arab negrei Parsi yang kemudian namanya diambil dari nama kota tersebut) pada tahun 290 H. Bapaknya seorang Majusi bernama Bahzaz kemudian masuk Islam dan diberi nama Abu Said (Abdullah). Dia belajar Al Qur'an dan Qiraat dari Ibnu Mujahid, belajar ilmu linguistik dari Ibnu Duraid, ilmu nahwu dari Ibnu Siraj dan Abu Bakar Mumbraman. Dalam fiqh, beliau bermazhab Hanafi, sebagaima yang diriwayatkan oleh Abu Hayyan at-Tauhidi bahwa beliau berfatwa dalam urusan fiqh bermadzhab Hanafi selama 50 tahun. Karya-karyanya adalah syarh kitab Sibawaih, kitab Alfat al wasl dan al qit, kitab Akhbar nahwiyin bashoriyyin, kitab waqof dan ibtida', kitab sin'atu siir dan balaghah, kitab maqsurah Ibnu Duraid, kitab iqna' dalam ilmu nahwu (tidak sampai selesai) kemudian diselesaikan oleh anaknya Yusuf, kitab syarh syawahid kitab Sibawaih, kitab pengantar kitab Sibawaih dan kitab Jaziratul ‘Arab.
Abu Sa’id pernah berkata:”Saya datang dalam suatu majlis Abu Bakar bin Duraid. Saya sebelumnya pernah melihatnya. Saya duduk di bagian belakang majlis. Salah satu undangan menyenandungkan dua bait puisi memuji Nabi Adam As, sampai pada kisah tatkala Qabil membunuh saudaranya Habil, yaitu :
تغيّرت البلاد ومن عليها فوجه الأرض مغبّر قبيح
تعيّر كسلّ ذى حسن وطيب وقلّ بشاشهة الوجه المليح
Saya mengatakan:”di-nasab-kan kata (بشاشه), dan dibuang tanwin-nya karena bertemunya dua sukun bukan karena di-idhafah-kan, maka menjadi ism nakirah yang di-nasab-kan atas tamyiz kemudian di-rafa'-kan kata (لوجه) dan sifatnya di-isnad-kan oleh kata (قل) maka lafalnya menjadi :الوجهِ المليح وقلَّ بشاشة, sebagaimana Nasr bin 'Asim dan Abu Amr bin 'Ala membaca firman Allah:
(قل هو الله أحدُ الله الصمد), dengan membuang tanwin pada kata ( احد ), karena bertemunya dua sukun. Pendapat ini dikuatkan oleh Al Fara’ dari madzhab Kufah.

Puisinya
اسكن إلى سكن تسّر به ذهب الزمان وانت منفرد
Tinggallah kamu ke tempat yang menyenangkanmu, waktu telah berlalu dan kamu dalam kenestapaan
ترجوغدا وغد كحاملة فى الحيّ لايدرون ماتد
Kamu mengharapkan hari esok dan hari esok, seperti perempuan hamil yang terdapat di kalangan penduduk suatu kawasan, mereka tidak tahu apa yang dia lahirkan.

Wafatnya
Beliau meninggal di pertengahan waktu shalat dhuhur dan ashar pada hari Senin minggu kedua bulan Rajab tahun 368 h, dimakamkan di Khazran setelah shalat asyar pada hari itu juga, umurnya 84 tahun.

2. Ibnu Khalawaih
Nama lengkapnya Abu Abdullah al-Husain ibn Khawaliah. Dia dilahirkan di Hamdan, kemudian pergi ke Baghdad untuk menuntut ilmu (314 H). Dia belajar Al Qur'an dari Ibnu Mujahid, nahwu dan sastra dari Ibnu Duraid, Nafthawaih, Abu Bakar ibn Anbari, dan Abi Amar az-Zahid; belajar hadits dari Muhammad ibn Mukhalid al-Attar. beliau bermadzhab Syafii. Karyanya Kitab Al-jamal (nahwu), Istiqaq, Itraghnu fil-Lughoh, al-Qira’at, I'rab 30 surat Al Qur'an, al-Maqsur wal-Mamdud, al-Faat, Mudzakkar wa mu’anats, Syarh Maqsurah Ibnu Duraid, Kitab Laisa, al-Badi' fil-Qira’at Sab'i, Kitab Asad, Kitab Mubtada, dan Kitab Tadzkirah.

Puisinya
إذا لم يكن صدر المجالس سيّد فلا خير فيمن صدّرفسه المجالس
Apabila tidak ada di sebuah majlis sosok seorang ulama, maka tidak ada kbaikan bagi orang yang datang ke majlis tersebut.
وكم قاتل: مالى رأيتك راجلا فقلت له: من أجل أنّك فارس
Berapa banyak orang berkata: Saya tidak melihatmu berjalan kaki, maka aku katakan padanya: itu karena kau menunggang kuda.
Beliau wafat di kota Halab pada tahun 370 H.

3. Abu Ali al-Farisy
Nama lengkapnya Abu Ali al-Hasan bin Abdul Ghafar bin Muhammad bin Sulaiman bin Abaan. Dia dilahirkan di Fasa (sebuah kota di negeri Parsi dekat dengan ibukota Siraz) pada tahun 288 H. Dia pergi ke Baghdad pada tahun 307 H, belajar nahwu dan Zujaj, Mubraman, Akhfas, dan Nafthawaih; belajar linguistik dari Ibnu Duraid, belajar qiroat dari Bakr Ibnu Mujahid. Dia merupakan pengikut Mu'tazilah dan ada juga yang mengatakan dia merupakan pengikut Syiah. Karyanya Kitab Tafsir tentang (يا آيها الّذين امنوا إذا قمتم إلى الصلاة), Kitab Hujjah fil-Qira’at (kitab ini berisi tentang hujjah beliau bahwa setiap qiroah didukung oleh linguistik dan puisi), Kitab at-Tatabbu' li Kalam Abi Ali al-Jabai (ilmu kalam), Kitab al-Idhoh, Kitab Takmilah, Kitab Tadzkiroh, Kitab Maqshur, Kitab Mamdud, Kitab al-Ighfal (yang dilupakan az-Zujaji dalam ma'aniihi), Kitab Awanil Miyah, Kitab Naqdul-Nadhur, Syarh Abyat ‘an I'rab (idhoh siir), Mukhtashar ‘Awamil i‘rab, Tarjamah, dan Abyat Ma'ani.

Puisinya
خضبت الشيب لمّا كان عببا وخضب الشيب أولى أن يعاب
Aku mengecat ubanku karena terasa ada aibnya, karena mengecat uban lebih baik dari pada mendatangkan aib.
ولم أخضب مخافة هجر خلّ ولاعببا خشيت ولاعتابا
Dan aku belum mengecat kekhawatiran yang terdapat dalam sifat keburukan yang melebih sifat yang lain, tidak aib dan celaan yang aku khawatirkan.
ولكنّ المشيب بدا نميما فصيّرت الخضاب له عقاب
Akan tetapi tumbuhnya uban menjqadi tercela, maka dengan mewarnai (uban) dianggap sebagai hukuman
Abu Ali al-Farisi meniggal di Baghdad pada hari tanggal 17 Rabiul Awal tahun 377 H, umurnya 92 tahun. Dimakamkan di Sunaiza.

4. Ar-Rumani
Nama lengkapnya Abu Hasan Ali bin Isa bin Ali bin Abdullah. Dia dijuluki ar-Ruman berasal dari kata (من سرّمن راى). Dia dilahirkan di Baghdad tahun 396 H. Dia belajar dari Ibnu Duraid dan Ibnu Siraj. Muridnya diantaranya adalah Abu al-Qasim at-Tanukhi, Abu Muhammad al-Jauhari. Beliau bermadzhab Bashri dalam pandangan nahwu dan bermadzhab Mu'tazilah dalam aliran pemikiran karena dia lebih filofis, sehingga dia kadang mengkombinasikan nahwu dengan filsafat dan mantik (logika). Karyanya tentang pembahasan Al Qur'an: kitab I'jazul Qur'an dan Kitab al-Faat fil-Qura’nil-Karim, tentang nahwu: Kitab Syarh Sibawaih, Kitab Nakt Sibawaih, Kitab Aghrad Sibawaih, Kitab Masa’il Mufrad fi Kitab Sibawaih, kitab Syarh al-Madkhal ila Sibawaih lil-Mubrad, Syarh Mukhtashar al-Jurmi, Syarh al-Masa’il lil-Akhfasy, Kitab Syarh Alif wal-Lam lil Mazni, Syarh al-Mujiz li-bn Siraj, Kitab I'jaz (nahwu), Kitab Mubtada’, Kitab Syarhul-Ushul li-bn Siraj, Kitab Kabir. Beliau meninggal pada malam Ahad tanggal 11 Jumadil awal tahun 384 H.

5. Ibnu Jinni
Nama lengkapnya Abu al-Fath Utsman bin Jinni, dilahirkan di Mosul sebelum tahun 330 H (ada yang mengatakan dia dilahirkan pada 320 H). Beliau berguru kepada Ibnu Muqsam, Abu al-Faraj al-Asfihani, Abu al-‘Abbas Ahmad bin Muhammad dikenal dengan Imam Akhfas dan Abu Sahl al-Qattam. Dalam syarah kitab Al Mutanabbi dia berkata:"Ada seseorang yang bertanya kepada Abu Thayyib al-Mutanabbi tentang bait puisi: باد هواك صبرت أم لم تصبرا . Bagaimana huruf alif masih tetap pada kata تصبرا padahal ada لم jazm, mestinya diucapkan dengan لم تصبر? Mutanabbi menjawab: seandainya ada Abu al-Fatah disini, pasti beliau menjawab: alif pada تصبرا merupakan badal dari nun taukid khafifah. Asalnya: لم تصبرن , nun taukid khafifah disini jika waqf diganti dengan alif. Karyanya dalam ilmu nahwu: Kitab Ta'aqub fil-‘Arabiyah, Kitab Mu‘rab, Kitab Talqin, Kitab Lam, Kitab Alfadz min Mahmuz, Kitab Mudzakar wa mu’anats, Kitab Khasha’is, Kitab Sirr Sina‘atul I'rab, Kitab Syarh Maqsur wal-Mamdud, kitab Idzal-Qadd (kumpulan kuliah Abu Ali al-Farisi) Kitab Mahasinil-‘Arabiyah, Kitab Khatiriyat, Kitab Tadzkirah al-Ashibaniyah, Kitab Tanbih, Kitab Muhadzab, Kitab Tabshirah. Dalam ilmu sharf : Kitab Jumal Ushulut-Tasrif, Kitab Mushannif (Syarh Tasriful-Mazni), Kitab Tasriful-Muluki. Dalam ilmu 'arudh: Kitab ‘Arudh wal-Qawafi, Kitab Kaafi (Syarh Kitab Qawafi lil-Akhfasy). Dalam ilmu sastra dan puisi: Kitab Syi‘ir (Syarh Diwan al-Mutanabbi), Kitab al- Farq baina Kalam Khas wal-‘Am, Kitab Miratsi at-Tsalatsah dan Qasidah ar-Ruiyah li-Syarif ar-Ridho, Kitab Ma'ani Abyat Mutanabbi.

Puisinya
Beliau mempunyai teman tetapi temannya menceritakan aibnya, kemudian beliau membalasnya dengan melantunkan puisi :
صدودك عنىّ ولاذنب لى يدلّ على نيّة فاسدة
Penentanganmu kepadaku menujukkan niat yang merusak tidak ada dosa bagiku
وقد وحياتك ممّا بكيت خشيت على عينى الواحدة
Kehidupanmu yang aku tangisi, sungguh mengkhawatirkanku karena mataku hanya Satu
ولولامخافة الاّراك لما كان فى تركها فائدة
Seandainya tidak ada kekhawatiran untuk tidak melihatmu, maka lebih bermanfaat jika dibiarkan saja.
Wafatnya
Beliau meninggal di Baghdad pada hari Jum'at bulan Shofar tahun 392 H, dimakamkan di Suniza disamping makam gurunya Abu Ali al-Farisi, disitu juga menjadi makamnya Syaih Junaid seorang tokoh tasawuf.

6. Ar-Rab'i
Nama lengkapnya Abu al-Hasan Ali bin Isa bin al-Faraj bin Sholih ar-Rab'i, dilahirkan di Siraj tahun 328 H, pergi ke Baghdad dan berguru kepada Sirofi kemudian kembali lagi ke Siraj dan belajar kepada Abi Ali al-Farisi 20 tahun kemudian kembali lagi ke Baghdad. Karyanya Syarh al-Idhoh li Abi Ali al-Farisi, Syarh Mukhtashar al-Jurmi. Beliau meninggal di Bagdad pada malam Sabtu tanggal 10 Muharram tahun 420 H.

7. Ibnu Burhan
Nama lengkapnya Abu al-Qasyim Abdul Wahid bin Ali bin Umar bin Ishak bin Ibrahim bin Burhan al-Asadi al-Akbari. Dia dilahirkan di Akbara (sebuah negeri yang terletak 20 farsakh dari Baghdad). Beliau belajar hadits dari Ibnu Bittah (Abu Abdullah Ubaidillah bin Muhammad al-Akbari terkenal dengan julukan Ibnu Bittah), belajar ilmu kalam dari madzhab Hasan Basri, dan belajar madzhab Hanafi dari Abi al-Husaini al-Qaduri (nama lengkapnya Abu al-Husain Ahmad bin Ja'far bin Hamdan, seorang pemimpin madzhab Hanafi di Baghdad), belajar ilmu nahwu kepada Ali ad-Daqiqi (Abu al-Qasim Ali bin Ubaidillah Muhammad bin Harun an-Nazali), Ibnu Asras (Muhammad bin Muhammad bin Ahmad bin Asras), belajar bahasa kepada Abi Mansur ar-Razi dan as-Sansi, dan belajar sastra dari Abu Salam al-Basri. Dalam pandangan fiqhnya beliau bermadzhab Hanbali.

8. At-Tabrizy
Nama lengkapnya Abu Zakariya Yahya bin Ali bin Muhammad bin Hasan bin Muhammad bin Musa bin Bustham as-Saibani, dilahirkan di Tabriz (salah satu kota di Azarbaizan) tahun 421 H. Beliau belajar ilmu hadits di kota suwar dari Daqih Abi al-Fath Salim bin Ayub ar-Razi, Abi al-Qasim Abdul Karim bin Muhammad ad-Dilal as-Sayari, dan Ghadhi Abu Thayyib at-Thobari. Beliau pergi ke Mesir belajar bahasa dari Syeikh Abu al-Hasan Thahir bin Babisad di Mesir, kemudian kembali lagi ke Baghdad dan mengajar sastra di madrasah Nidzamiyah kemudian menjabat sebagai kepala perpustakaan disana. Karyanya di bidang ilmu nahwu : Azizah al-Wujud (Syarh Kitab Asrar ash-Shin’ah) dan Syarh al-Lam‘ karya Ibnu Jinni, bidang ilmu linguistik : Tahdzib Islah al-Manthiq karya Ibnu Sikit, bidang ilmu sastra : Syarah Qasha’id al-Asr, Syarh al-Hamasah, Syarh Diwan Mutanabbi, Syarh Diwan Abi Tamam, Syarah ‘an Mufdholiyat, Syarh Maqsurah Ibnu Duraid, bidang ilmu ‘arudh : Kitab al-Kafi fil-‘Arudh wal-Qawafi,
bidang al-Qur’an dan hadits: Kitab I’rabul al-Qur’an dinamakan dengan Al-Mukhlis dan Tahdzib Gharib al-Hadits. Beliau wafat di Bangdad pada hari Selasa Jumadil Akhir 502 H, dimakamkan di pemakaman Bab Abraz.

9. Malik an-Nuhat
Nama lengkapnya Abu Nazar al-Hasan bin Shofi bin Abdullah bin Nazar bin Abi al-Hasan dijuluki dengan Malik an-Nuhat (raja nahwu), dilahirkan di jalan Daar ar-Raqiq di pinggiran barat kota Baghdad tahun 489 H. Beliau belajar hadits dari Sharf Abi Thalib az-Zini, belajar fiqh Syafi’i dari Ahmad al-Usnuhi (sebuah kampung di negeri Azarbaijan), belajar ushul fiqh dari Abi al-Fath bin Burhan, belajar ilmu khilaf (bagian dari ilmu mantiq) dari As’ad al-Mihani, belajar nahwu dari Abi al-Hasan Ali bin Abi Zaid al-Fasihi al-Istirabadhi yang juga belajar nahwu dari Abdul Qahir al-Jarhani. Karyanya dalam ilmu nahwu : Kitab al-Hawi, Kitab al-Umdah, Kitab al-Muntakhab, Kitab at-Tadzkirah Syi‘riyah, dalam ilmu sharf : al-Muqtasid, dalam ilmu ‘arud : Kitab Arud, dalam ilmu qira’at : Uslub al-Haq fi Ta’lil al-Qira’ati al-‘Ahsri wa syai’un min as-syawadz, tentang ushuluddin : Mukhtasar fi Ushuluddin, bidang ilmu ushul fiqih : Mukhtasar fi-Ushul Fiqih dan al-Hakim, dalam ilmu sastra : Kitab al-Maqamat.

Puisinya
Puisi yang berisi pujian kepada Nabi Muhammad saw.
جنانيك إن جاءتك يوما خصانصى وهلك أصناف الكلام المسخر
Jika datang rasa kerinduan untukmu dalam lubuk hatiku disuatu hari, dan mencemaskanmu beberapa kata-kata olok-olok
فسل منضفا عن قالتى غير جائر بحبّك إنّ الفضل للمتأخّر
Maka tanyakanlah, setengah dari ucapanku tidaklah bertindak tidak adil untuk mencintaimu, sesungguhnya kemuliaan bagi nabi akhir zaman.
Beliau meninggal hari Selasa tanggal 8 Syawal 568 H di Damaskus, dimakamkan di pemakaman al-Bab as-Sahir.

10. Az-Zamakhsyari
Nama lengkapnya Jadullah Abu al-Qasim Mahmud bin Umar bin Muhammad bin Ahmad. Dia dilahirkan di Zamakhsyar (sebuah kampung kecil di kawasan Khawarizm) hari Rabu tanggal 27 Rajab 467 H. Sejak kecil telah diajak ayahnya ke Khawarizm (sebuah daerah yang terletak di selatan sungai Jihan, timur laut daerah Khurasan, ditaklukkan oleh Qutaibah bin Muslim tahun 86 H). Khawarizm terbentuk dari dua kata yaitu (Khawar) mempunyai arti matahari, yang ditanam, yang dimakan, dan Zem yang mempunyai arti tanah. Dengan demikian bermakna : tanah matahari, tanah pertanian dan tanah kesuburan. Beliau banyak belajar kepada para ulama di antaranya Mahmud bin Jarir adh-Dhabbi al-Asfihani (Abu Madhor), Abu Ali ad-Darir, Abu Sa’ad al-Baihaqi, dan lain-lainnya. Beliau pernah menikah tetapi bercerai tanpa mempunyai anak dan diungkapkan dalam puisinya :
تصقحت أبناء الرجال فلم أكد أصادف من لا يفضج الأمّ والأبا
Aku menyalami anak-anak orang lain, maka aku belum pasti berjumpa dengan orang yang tidak mencela ibu bapak.
رأيت أبا يشقى لتربية ابنه ويسعى لكى يدعى مكبّا ومنجبا
Aku melihat seorang bapak kesulitan mendidik anaknya dan berusaha supaya dipanggil memandang ke tanah dan beranak pandai.
أرادبه النشء الأعزّ فمادرى أيوليه جحرا أم يعليه منكبا
Dia menginginkan keturunan yang mulia, maka apa yang dia ketahui masuk ke sarang binatang atau bahu.
أخو شقوة ماز ال مركب طفله فأصبح ذاك الطفل للناس مركبا
Saudara selagi menjadi kenderaan anaknya, maka anak itu hanya menjadi kenderaan orang lain.
لذاك تركت النسل واخترت سيرة مسيحية، أحسنً بذلك مذهبا
Oleh karena itu aku meninggalkan keturunan dan memilih cara Al Masih, saya rasa ini adalah jalanku yang terbaik.
Pendapatnya tentang pernikahan diungkapkan dalam puisinya
تزوجت لم أعلم وأخطأت لم أصب فياليتنى قدمتّ قبل التزوج
Aku telah menikah, saya tidak tahu, aku telah berbuat salah aku tidak pernah berbuat kebenaran, maka seandainya aku mati sebelum menikah.
فو الله ماأبكى على ساكنى الثرى ولكننى أبكى على المتزوج
Maka demi Allah tidaklah aku menangis karena kekayaan akan tetapi aku menangis karena telah menikah.
Beliau merupakan pengarang tafsir al-Kassaf. Dalam setiap khutbahnya, dia membuka dengan kalimat الحمد الله الذى خلق القران karena beliau merupakan seorang Mu’tazilah dan kalau lainnya membuka dengan kalimat
الحمد الله الذى انزل القران.
Karyanya: Tafsir al-Kassaf, Kitab al-Faiq fi Gharibil-Hadits, Kitab Ru’usul-Masa’il fil-Fiqh, al-Minhaj fil-Ushul, kitab Dhalatun-Nasid fi ‘ilmil-Faraidh, Risalah fi-Kalimatisy-Syahadah, Safil al-‘A fi li-Syarhi Kalam al-Imam al-Syafi‘i, dalam ilmu nahwu: Kitab al-Mufsil fin-Nahwi, Ammudhuz, Syarh ba’dhi Muksilat, Syarh Abyat Kitab Sibawaih, dan Shamim ‘Arabiyah, dalam ilmu arudh : Kitab al-Qisthas fil-‘Arudh, dalam ilmu sastra : Muqaddimah Adab, A’jabal-‘Ajab fi Syarhi lamiyah al-‘Arab, Rabi‘ul-Abrar, al-Waqud Dahab, Nawabighul-Kalim. Tafsir al-Kassaf merupakan karya monumentalnya, sehingga beliau memuji dalam puisi:
إنّ التفاسير فى الدنيا بلا عدد وليس منها لعمرى مثل كشّافى
Sesungguhnya kitab tafsir di dunia sangat banyak jumlahnya, seumur hidupku tidak ada yang sepadan dan tafsir al kassaf adalah obatnya.
Beliau meninggal di Jarjaniyah (terletak di pinggir sungai Jihan, ibukotanya Khawarizm) di malam hari Arofah (9 Dzulhijjah) 538 H, setelah kembli dari Mekkah. Zamakhsyari mewasiatkan untuk menuliskan dalam nisan kuburnya dua buah bait puisi berikut ini :
إلهى قد أصبحت ضيفك فى الثرى وللضيف حقّ عند كلّ كريم
Ya Tuhanku, aku telah menjadi tamumu dalam kekayaan, setiap tamu mempunyai hak mendapatkan kemuliaan
فهب لى ذنوبى فى قراى فإنّها عظيم ولايقرى بغير عظيم
Maka hilangkanlah dosa-dosaku dalam setiap bacaanku, maka bacaan puisi ini merupakan sesuatu yang agung, tidak dibaca tanpa adanya keagunganmu.

11. Ibnu as-Sajari
Nama lengkapnya adalah asy-Syarif Dhiya’udin Abu as-Sa’adat Hibatullah bin Ali bin Muhammad bin Ali bin Abdullah Abi al-Hasan bin Abdullah al-Amin bin Abdullah bin al-Hasan bin Ja’far bin Hasan bin Ali bin Abu Thalib karromallhu wajhahu. Dikenal Ibnu Sajari, banyak perdebatan mengenai penamaannya. Yakut al-Kamwi mengatakan:”Nasab kata Sajari dari pihak ibunya”. Ibnu Khalkan berkata:”Kata ini dinisbatkan pada kata Sajarah, sebuah nama kampung dan Sajarah merupakan nama seseorang laki-laki, tetapi kenapa beliau diambil dari nama tersebut apakah sebuah nama kampung atau nama salah satu kakeknya yang bernama Sajarah, wallahu a’lam”. Beliau dilahirkan di Baghdad pada bulan Ramadhan 450 H. Beliau belajar ilmu nahwu dan bahasa dari al-Khatib at-Tibrizi dan Abu Barakat az-Zaidi al-Kufi, belajar ilmu tafsir dari Ibnu Nidhal al-Majasi’i, belajar ilmu hadits dari Ibnu Qasim as-Shairifi, belajar sastra dan puisi dari Ibnu Thabatiba’ al-‘Alawi dan Ibnu Nabhan al-Kurhi. Karyanya dalam bidang nahwu, sorof, bahasa dan sastra diantaranya adalah: Kitab al-‘Amali, al-Intishar, al-Hamasah, Syarh Tashrif Muluki karya Ibnu Jinni, Syarh al-Lam’i dan lainnya.

Puisinya
Alkisah, Syekh Zamkhsyari pernah datang ke Banghdad dalam perjalanan haji, kemudian Syekh Syarif Ibnu Sajari menyambutnya, mengucapkan selamat dan memujinya dengan mensenandungkan puisinya :
كانت مساءله الركبان تخبرنى عن أحمد بن دؤاد أطيب الخبر
dua pengendara kuda memberikan kepedaku tentang Ahmad bin Duad sebagai berita paling indah
حتىّ التسقينا فلا والله ماسمعت أذنى باحسن ممّا قدرأى بصرى
Sehingga kami bertemu, maka demi Allah telingaku tidaklah mendengar sesuatu yang baik dibandingkan apa yang dilihat oleh pandanganku
وأستكبر الأخبار قبل لقائه فلمّا التقينا صدّق الخبرَ الخبرُ
Beliau meninggal pada hari kamis tanggal 26 Ramadhan 542 H di Baghdad, tidak mempunyai anak dan dimakamkan di Kurh.

12. Ibnu Khasab
Nama lengkapnya Abu Muhammad Abdullah bin Ahmad bin Ahmad bin Ahmad bin Abdullah bin Nasr bin al-Khasab. Dia dilahirkan di Baghdad tahun 492 H. Ibnu Khasab merupakan seorang pengikut Sunni beraqidah ahlus sunnah, bermazhab Ahmad bin Hambal. Di waktu mudam, beliau merupakan seorang yang sering menghabiskan waktunya di kedai-kedai kopi dan bermain catur bersama orang-orang yang awam, tetapi akhirnya berubah.

Puisinya
ودى اوجه، لكنّه غير بائح بسرٍّ وذى الوجهين للسرّ مظهر
تفاجيك بالأسرار وجهه فتفهمها مادمت بالعين تنظر
Dan bagi pemiliki wajah, akan tetapi tidak dengan rahasia dan pemiliki 2 wajah setiap rahasia tampak
Karyanya
a. Kitab al-Murtajil,
b. Syarh Kitab al-Jumal karya al-Jarhani
c. Syarh Kitab al-Lam‘u karya Ibnuu Jinni
d. Syarh Muqaddimah Ibnu Hubairah dalam ilmu nahwu
e. Syarh Jumal az-Zujaji (Bantahan terhadap Ibnu Babisad)
5. Tahdib Islah al-Mantiq (Bantahan terhadap al-Khotib at-Tibrizi)
Beliau dipanggil Allah pada hari Jumat tanggal 3 Ramadhan 567 H di rumah Abu al-Qasim bin Fara’ di Bab al-Azji di Baghdad.

13. Ibnu Duhan
Nama lengkapnya Abu Muhammad nasihuddin Said bin Mubarok bin Ali bin Abdullah bin Said bin Muhammad bin Nasr bin Asim bin Roja bin Abi bin Sabal bin Abi al-Yasar Ka’ab al-Anshari. Dia dikenal dengan nama Ibnu Duhan. Dia dilahirkan di daerah sungai Thabiq, di sebuah kampung di kawasan Baghdad pada hari kamis tanggal 26 Rajab 494 H. Beliau belajar hadits dari Abi al Qasim Hibatullah bin Husain dan Abi Ghalib Ahmad bin Hasan bin Bina’, belajar ilmu nahwu dari para pakar nahwu diantaranya: Ibnu Jawaliqi, Ibnu Sajari, Ibnu Khosab dan Ibnu Burhan. Beberapa karyanya diantaranya adalah: Kitab ad-Durus fin-Nahwi, Kitab ‘Arudh, Kitab Tafsir al-Qur’an, Kitab Tafsir Surat al-Fatihah, Kitab Tafsir Surat al-Ikhlas, Diwan Syi‘ir, Syarah al-Fushul al-Kubra karya Ibnu Mu’ti, dan Syarh al-Fushul ash-Shughra karya Ibnu Mu’ti.

Puisinya
لاتجعل الهزل دأبا فهو منقصة والجدّ تعلو به بين الورى القيم
ولايغرّنك من ملك تبسّمه ما تصخب إلاّ حين تيتسم
Beliau meninggal di Mosul hari ahad bulan Syawal 569 H, dimakamkan di pemakaman Ma’ani bin Imran Bab Maidan.

14. Al-Anbari
Nama lengkapnya Abu al-Barakat Kamaluddin Abdurrahman bin Abu al-Wafa Muhammad bin Abdullah bin Muhammad bin Ubaidillah bin Abi Said Muhammad bin Hasan bin Sulaiman al-Anbari. Dia dilahirkan di Anbar (sebuah kota kuno di tepi sungai Eufrat) pada bulan Rabiul akhir tahun 513 H. Beliau belajar fiqh dari Said bin Razaz, belajar nahwu dari Ibnu Sajari, belajar sastra dari Ibnu Jawaliqi. Beliau mempunyai karya ilmiah sangat banyak sekitar 65 dalam bentuk kitab dan makalah. Di antara karyanya adalah Kitab Lam’ul-Adillah fin-Nahwi, Asrarul-‘Arabiyah, Mizanul-‘Arabiyah, Halbatul ‘Arabiyah, Ghara’ib I’rab al-Qur’an, Diwan Lughah, Syarh Diwan al-Mutanabbi, al-Wajiz fit-Tasrif, az-Zahran fil-Lughah, Kitab Alif wa Lam, Kitab al-Lam’ah fi Shina’ah asy-Syi’r.

Puisinya
إذا ذكرتكِ كاد الشوق يقتلنى وأرقتنى أحزان وأوجاع
وصار كلّى قلوبا فيك دامية للسقم فيها وللآلام إسراع
فإن نطقت فكلى فيك ألسنة وإن سمعت فكلّى فيك أسماع
Beliau meninggal pada malam Jumat tanggal 9 Sya’ban 577 H di Baghdad dan dimakamkan di pemakaman bab Abraz disamping makam Abi ishak as sirozi.

15. Al Matrazi
Nama lengkapnya Shadrul afadil Abu al fath Nasir bin Abi al makarim abd as sayyid bin Ali, terkenal dengan nama Al Matrazi. Beliau dilahirkan di bulan Rajab 538 H di Khawarizm, beliau juga dijuluki sebagai khalifah Zamkhasari karena Zamkhasari meninggal di tahun yang sama Matrazi dilahirkan dan di kota yang sama pula. Belajar hadits dari Abi abdullah muhammad bin Abi saad at tajir, dan beliau bermadzhab Hanafi dalam amalan fiqihnya dan beraliran mu’tazilah dari sisi pemikirannya.
Beberapa karyanya diantaranya:
1. Kitab al misbah dalam ilmu nahwu
2. Al muqoddimah almatraziyah
3. Al iqna’ dalam ilmu bahasa
4. Mukhtasar islahul mantiq karya Ibnu Sakit
5. Syarhu maqamat al hariri

Puisinya
وإنّى لأستحيى من المجد أن أرى حليف غوان أو أليف أغانى
Beliau meninggal di Khawarizm pada hari selasa tanggal 21 Jumadil awal 610, beliau mewariskan 300 puisi Arab dan Parsi.


16. Al Kindi
Nama lengkapnya Tajuddin Abu al-Yaman Zaid bin Hasan bin Zaid bin Hasan bin Zaid bin Hasan bin Said bin Ashomah bin Hamir bin Harits. Dia dilahirkan di Baghdad di hari Rabu pagi 25 Sya’ban 520 H. Nama Kindi dinisbahkan pada suku Kindah, salah satu suku Arab yang terkenal. Yang menamai demikian adalah Umruul Qais bin Hajar. Beliau memulai pengembaraan ilmunya ke Baghdad, hafal Al Qur’an pada umur 7 tahun, dan menyempurnakan belajar qira’at-nya pada umur 10 tahun. Beliau merupakan ulama yang ahli dalam ilmu qiraat. Imam adz-Dzahabi berkata:”saya tidak mengetahui ada seseorang yang hidup setelah menghafal Al Qur’an berumur sampai 83 tahun selainnya”. Belajar nahwu dari Abu Muhammad Sabat Abi Mansur al-Khayat, Ibnu Sajari, Ibnu Khasab dan belajar bahasa dari Mauhub al-Jawaliqi. Dia belajar hadits dari Abu Bakar bin Abdul Baqi. Pada mulanya beliau bermadzhab Hanbali kemudian menjadi Hanafi dan menjadi tokoh dalam madzhab Hanbali.



Antara al-Kindi, Ibnu Dahiyah, dan Ibnu al-Jazari
Diriwayatkan pada tanggal 13 Rajab 605 H, al-Kindi datang pada perjamuan makan atas undangan menteri Izzuddin Farukh Syah. Datang juga Ibnu Dahiyah. Ibnu Dahiyah menyebutkan hadits tentang syafa’at ketika sampai pada kata: قول الخليل – عليه السلام - : أنما كنت خليلا من وراءَوراءَ
Menurut Kindi: وراءُوراءُ, (di-dhommah kedua hamzahnya), Ibnu Dahiyah merasa keberatan dengan pendapatnya. Ibnu Dahiyah kemudian menyusun kitab berjudul:
الصارم الهندى فى الرد على التاج الكدى . Al-Kindi pun tidak diam begitu saja dan mempertahankan argumennya dengan menyusun kitab berjudul:
نتف اللحية من ابن دحية
Persoalan lain pernah ditanyakan kepada Kindi perbedaan antara
( طلقتك إن دخلت الدار) dan (إن دخلت الدار طلقتك), kemudian Kindi menyusun sebuah kitab untuk menjawabnya (tidak dijelaskan disini bagaimana solusi dari permasalahan tersebut-pen) kemudian dibantah oleh Muinuddin Muhammad bin Ali bin Ghalib al-Jazari, dengan menyusun kitab yang diberi nama:
الإعتر اض المبدى بوهم التاج الكندى
Puisinya
Diriwayatkan beliau banyak membuat beberapa puisi yang berisi hikmah, pujian kepada para pemimpin dan raja yang dekat dengannya. Di antara beberapa puisinya yang berisi tentang pujian:
يا سيف دين الله عشت سالما فالدين ماعشت به باره
ودم لأهل العلم مادامت الدنـ ـيا فأنت العالم الداره
أنّ الذي يسمو ألى نيل ما شيّدتَ من أكرومة واره
كم لك عند الروم من وقفة ذكره فى الدنيا بها جاره
Beliau meninggal di Damaskus pada hari Senin tanggal 6 Syawal 613 H, dimakamkan di gunung Qasiyun.

17. Al-‘Akbari
Nama lengkapnya Muhibbudin Abu al-Baqa Abdullah bin Husain bin Abdullah bin Husain al-‘Akbari. ‘Akbaro adalah sebuah kota di tepi sungai Dajlah ± 10 farsakh dari Baghdad. Beliau dilahirkan di Baghdad di awal tahun 538 H. Dia belajar nahwu dari Yahya bin Najah, Ibnu Khasab dan ulama di masanya, belajar hadits dari Abi al-Fath bin Batti, dan Abi Zar’ah al-Muqaddasi, belajar madzhab Hanbali dari Qadhi Abi Ya’la al-Iza. Diantara karyanya adalah Tafsir al-Qur’an, I’rab al-Qur’an, Tasyabih al-Qur’an, I’rab al-Hadits, Syarh Abyat Sibawaih, Talqin, Tahdib fin-Nahwi, Isim Isyaroh, Talkhis, dan I’rab Syi’ir al-Khamsah.

Puisinya
Puisinya ketika memuji Menteri Nasir bin Mahdi al-‘Alawi
بك أضحى صدر الزمان محلى بعد أن كان من علاه مخلى
لايجاريك فى نجاريك خلق أنت أعلى قدرا وأعلى محلاّ
دمت تحيى ماقد أميت من الفضـ ل و تنفى فقراوتطرد محلا
Beliau meninggal pada malam ahad tanggal 8 Rabiul akhir 616 H. dimakamkan di pemakaman Imam Ahmad di Bab Harb.

18. Ibnu Khabaz
Nama lengkapnya Abu al Abbas Samsuddin Ahmad bin Husain bin Ahmad bin Abi al-Ma’ali bin Manshur bin Ali al-Arbali al-Mosuli. Beliau merupakan pakar nahwu, bahasa, arudh dan faraidh. Banyak para ulama nahwu lainnya yang menukil darinya, diantaranya Ibnu Hisyam, Badar Damamini, Khalid al-Azhari, Arbili, Jalal as-Sayuti, Syaikh Yasin al-Hamsi, Abdul Qadir al-Baghdadi. Karyanya adalah:
1. Kitab al-Kifayah dalam ilmu nahwu
2. Kitab Nihayh dalam ilmu nahwu
3. Syarh Idhoh karya Abi Ali al-Farisi
4. Syarh al-Muqaddimah al-Jazuliyah
5. Syarh al-Fushul karya Ibnu Mu’ti
6. Syarh al-Lam‘ karya Ibnu Jinni
7. Kitab Duratul Mukhofiyah (Syarh Alfiyah Ibnu Mu’ti)
8. Kitab al-Faridah fi Syarhil-Qasidah.

Puisinya
أعر اضهم لم تزل مسودّة فإذا قدحت فيه أصاب القدح حرّاقا
بلوتهم فطعمت السمّ فى عسل وما وجدتُ سوى الهجران درياقا
Beliau meninggal di Mosul tanggal 10 Rajab 637 H. Imam Syofdi menyebutkan beliau wafat pada tahun 639 H.

0 التعليقات:

إرسال تعليق