STUDI
NAHWU MADZHAB ANDALUSIA
1.
PENAKLUKAN ISLAM ATAS ANDALUSIA
Pada
masa khalifah Umawiyah yang dipimpin oleh al-Walid ibnu Abdul Malik (93H-711
M), Panglima Arab Musa ibnu Nasir telah menyelesaikan dalam menguasai negara
Magrib yang diwakilkan kepada Tariq bin Ziyad dengan pasukan 7000 dari kaum
muslimin. Mayoritas mereka dari kelompok Barbar dan minoritas dari Arab untuk memerdekakan
negara Andalusia. Setelah dikalahkan oleh Lylyan ‘Amil Luzariq, salah satu
benteng di Afrika yang belum pernah ditaklukan oleh kaum muslimin sebelumnya,
maka setelah berhasil menaklukkan Luzariq, kaum muslimin yang dipimpin oleh
Tariq bin Ziyad berhasil melewati Laut Andalusia kemudian terakhir menuju
Syarmain. Pada bulan Ramadhan mereka memerdekakan orang-orang muslim Syarmain
tepatnya pada tahun ke-92H/717M. Dimana saat itu telah berdiri pemerintahan
Islam, di Andalusia. Saat itu terjadi krisis panjang di pulau Qurabah selatan
selama delapan abad. Penaklukan itu meliputi:
1.
Masa Penaklukkan (Al-Wulat)
Dimulai
sejak penaklukan yang dipimpin oleh Tariq bin Ziyad (92H/712M) dan berakhir
dengan berdirinya Daulah Umawiyah di tangan Abdurrahman ad-Dakhil yang dijuluki
dengan rajawali Quraisy
2.
Masa Bani Umawiyah
Diawali
dengan berdirinya Daulah Bani Umawiayah oleh Abdurrahman ad-Dakhil dan berakhir
dengan jatuhnya saat pembesar Qortuba memilih pemerintahan berbentuk Republik
(422H/1031M)
3.
Masa Mulukut Tawaif
Diawali
dengan runtuhnya Daulah Bani Umawiyah yang dipimpin oleh Yususf bin Tasyifin
(493H/1092M)
4.
Masa Al-Murabitin
Diawali
daei Yusuf bin Tasyifin menguasai Andalusia dan berakhir dengan jatuhnya negara
tersebut dan berdiri Daulah al-Muwahidin (541H/1146M)
5.
Masa al-Muwahidin
Awal
berdirinya dengan runtuhnya Daulah al-Murobbitin dan diakhiri dengan jatuhnya
muwahhidin dimana saat itu orang-orang Nasrani sebagai kaum mayoritas memusuhi
kaum muslimin sebagai minoritas. Orang-orang muslim dikucilkan dalam komunitas
yang sedikit daei selatan kerajaan Qurtubah di bawah pemerintahan al-Ahmar.
6.
Masa al-Gharnaty
Dimulai
dari berdirinya kerajaan Ghurnato (668H-1369M) dan berakir dengan diserahkannya
al-Madinah al-Islamiyah kepada orang-orang Nasrani Isbania (891H/1492). Dengan
demikian berakhirlah penaklukan Arab di Andalusia. Dan jatuhnya pulau persia di
tangan orang-orang Nasrani maka terlepaslah hubungan politik dengan kerajaan
Islam.
2.
ILMU NAHWU DI ANDALUSIA
Dimulainya
perbincangan ilmu nahwu di Andalusia, Negara Arab Timur. mempunyai dua faktor
penting:
1.
Setelah permasalahan Andalusia dengan negara Timur Irak, maka tersebarlah
kajian Nahwu.
2.
Tenggelamnya Arab sejak masuknya Andalusia kepada purifikasi dari Faronjah
dengan mengikuti jejak mereka untuk menguatkan kekuasaan mereka yang diawali
dari aspek peradaban dan pemikiran.
Dua
khalifah Bani Umawiyah hampir memerdekakan pemerintahan Andalusia dan
menguatkan kekekuasaan pemerintahan mereka. Khalifah membuat peraturan
penaklukan dengan menganjurkan para ulama untuk menuntut ilmu dan memberikan
hadiah bagi mereka yang gemar mengkaji dan meneliti. Kegemaran penulisan
merupakan aktifitas untuk mengembalikan kemuliaan pemerintahan bani Umawiyah
yang telah dibinasakan oleh Bani Abbas di negara Timur.
Tentunya
ilmu bahasa/linguistik bermula di segala penjuru untuk mempelajari al-Qur’an,
membaca as-Sunnah an-Nabawiyah dan riwayat-riwayatnya, fiqh mazhab serta
hukum-hukum yang terkandung di dalamnya. Dengan demikian, tujuan laian
mempelajari bahasa adalah untuk memahami al-Quran, mengetahui riwayat
as-Sahihah dan Hadist an-Nabawiyah dan keberlangsungan kebenaran agama.
Kemudian
di Andalusia terdapat para penulis dan guru-ruru yang mengajarkan para pemuda
di Cordova peradaban Andalusia, awal mula bahasa Arab, nash-nash dan
syair-syair dengan tujuan untuk menghapal al-Quran dam kebenaran bahasa dan
membacanya. Mayoritas mereka adalah qori al-Quran. Mereka bepindah ke negara
Timur dan mengajarkannya kepada orang lain sehingga menghasilkan hukum-hukum fiqih
dan kaidah-kaidah bahasa. Diantara qori terkenal adalah Abu Musa al-Hawari yang
berpindah ke Masyriq (timur) dan menjumpai Malik dan mendapatkan ilmu fiqih
begitu pula ia menjumpai al-Asma’iy dan Abu Zaid al-Anshary dan al-Qori, Ibnu
Qois yang memulai qiraah dari Nafi’ bin Na’im (qori penduduk Madinah) dan dia
belajar qiraahnya dari Usman bin Said al-Misry yang dikenal dengan nama “Warsy”
dan ia masukkan ke Andalusia.
Tidak
diragukan lagi bahwasanya pembelajaran ilmu Nahwu mulai muncul di Andalusia sejak
kembalinya Hudy bin Usman dari Masriq (timur) dan setelah berguru kepada
al-Kasaiy dan al-Fara’iy dimana dia adalah orang yang pertama memasukkan
buku-buku Nahwu berdasarkan mazhab mereka dan masih terus mempelajari nahwu
al-kufy untuk murid-muridnya sampai ia meninggal pada tahun 198 dan setelah itu
,mumcul Mufraj bin Malik yang meletakkan penjelasan dari Kitab al-Kasaiy dan
setelah itu datanglah Abu Bakar ibnu Khatib al-Makfuf yang meletakkan Buku
Nahwu berdasarkan mazhab al-Kufy.
Dari
yang telah disampaikan di atas maka jelaslah bahwa ilmu nahwu di Andalusia
berawal dari mazhab kufy dan Mazhab ini berlangsung hampir satu abad di,mana
berpindah ke masriq Muhammad ibnu Musa bim Hasyim yang terkenal dengan
al-Ifsyniq yang meninggal tahun 307 dan dia menjumpai Abu Ja’far ad-Dinury di
Mesir dan mengutip dari buku Sibawaih dan para muridnya di Cordova mulai
membacanya begitu pula para sastrawan dan guru mulai mengajarkannya di sekolah
dan yang paling terkenal adalah Ahmad bin Yusuf bin Hajaj.
Kemudian
Muhammad bin Yahya al-Malabay ar-Rabahiy al-Jayaniy belajar ke Msir dengan Abu
Ja’far an-Muhas dan belajar dari Sibawaih Novel/cerita dan kembali ke Cordova
untuk dibaca oleh murid-muridnya untuk menjelaskan dan menafsirkan serta
membantu untuk memenuhi keinginannya dalam ketepatan berpikir, mantiq dan
penguasaanya dalam mengambil keputusan dan menganalisis al-ibarat. Sebagaimana
Andalusia kembali dari Bagdad, Abu Aly al-Qoly yang membawa modal bahasa, syair
dan nahwu dan terpenting yang ia bawa yaitu kitab sibawaih yang dikutip oleh
Ibnu Dustuwiyah dan al-Mubarod dan ia condong kepada mazhab al-Basary dan dia
mempertahankan dari segi pemikirannya
Dengan
demikian kita berpendapat bahwa Dirosah Nahwu di Andalusia berawal dari mazhab
Kufy dan mengenyampingkan mazahb Basary selama seabad. Hampir pertengahan abad
keempat kita jumpai kedua mazhab ini dapat berjalan beriringan diaana sebagian
ulama stabil dalam menggunakan mazhab Kufy sedangkan ulama lainnya menggunakan
mazhab Basary sedangkan kelompok ketiga menggunakan gabungan dari kedua mazhab
ini. Sedangkan Muhammad bin Asim al-Asimy murid ar-Ribahy dan pembawa novel
Kitab Sibawaih. Dan Ibnu Abban mempunyai dua penjelasan dari buku al-Kasai dan
al-Ahfas dan ibnu al-Qurtuby menggabungkan kedua mazhab ini. Dan Abu Bakar
az-Zubaidy yang menulis buku nahwu alwadih. Yang paling mengejutkan menjelang
abad ke-5 kita menjumpai para ulama Andalusia yang mengutip mazhab al-Bagdady
dan manhaj mereka mengikuti pemikiran al-Basariyin dan al-kufiyin dan yang
paling terkenal dianrtara ulama tersebut adalah Ibnu Sayid ad-Darir
(al-Mukhasas) dan al-Muhakam dimana ia menyebutkan pada mukaddimahnya
(al-Muhakam). Sedangkan yang ia sebarkan berupa buku-buku nahwu klasik
al-Mudamminah lita’lili lughah. Buku-buku Abu aliy al-Farisy, al-Halabiyah,
al-Bagdadiyat, al-Ahwaziyat dan tadzkirah, al-Hujjah, dan al-idhah dan
buku-buku Abu al-Fatah Usman bin abi Jana seperti al-Mu’rab, at-tamam,
syarahahu li syi’r al-Mutammabu, al-Khosois dan sirrus shina’ah. At-Taakub dan
al-Muhtasib.
Dengan
demikian al-A’lam Syatmir adalah orang yang pertama meletakkan dasar atau
merintis di Andalusia menuju Bagdad dalam corak dan potensi sebagaimana dia
merupakan yang pertama yang mengajak kepada al-‘ilal as tsanawiy sebagaimana
dijelaskan dalam kitab “al-Jumal” yang ditulis oleh az-Zujajy al-Bagdady,
dengan demikian berlngsunglah para ulama Andalusia dalam melanjutkan
upaya-upaya tersebut dan mengutip dari referensi-referensi Nahwu dari tiga
mazhab yaitu Kufy, Basry dan Bagdady.
Sejak
itu pelopor dalam kajian mereka adalah Kitab Sibawaih bahkan menjadi referensi
rujukanya dan pergerakan keilmuwan di Andalusia berkembang dengan pilar
utamanya dalah Kitab yang ditulis Sibawaih. Dan mereka berlomba-lomba menyusun
Ilmu Nahwu yaitu ilmu yang dihargai sepanjang zaman meskipun terjadi kevakuman
pada abad ke-7 H sehingga berhentilah dari perhatian para ulama. Dalam hal ini,
Ibnu Said al-Magrib sebagaimana dikutip al-Makary dan ilmu Nahwu bagi mereka
adalah tingkatan yang tertinggi sehingga bagi mereka pada zaman ini sebagaimana
masa Kholil dan Sibawaih tidak bertambah kecuali hanya sedikit dan mereka
banyak membahas di dalamnya sebagaimana mazhab–mazhab fiqih dan di dunia setiap
ilmu tidak terlepas dari ilmu Nahwu.
Kemudian
terulang kembali masalah-masalah mazhab Andalusia modern terpecah dan
kaidah-kaidahnya musnah terhambat perkembangan sehingga orang-orang Tumur
(Masriq) berusaha untuk mengambil dan mengutipnya setelah keadaaan Andalusia
melemah dengan jatuhnya Bagdad di tangan al Maglul dan terputuslah bantuan dari
Irak dan mayoritas penduduk Andalusia pergi menuju negara Timur untuk
menunaikan Haji, memimpin pengajaran dan memanfaatkan masjid dan sekolah di
Timur disamping itu terdapat penulis dan penyusun keiluan seperti Ibnu Malik,
Abi Hayan dan sebagainya.
GENERASI
NAHWU MAZHAB ANDALUSIA:
a.
Generasi Pertama
1.
Abu Musa al-Hawary
2.
Al-Ghazy bin Qais
3.
Judy
4.
Al-Ahdab
5.
Siwar bin Tariq
6.
Syamir bin namir
b.
Generasi kedua
1.
Abu Hursyan
2.
Khusaib al-Kalby
3.
Abdullah bin al-Ghazy bin Qais
4.
Ibnu Abi Ghazalah
5.
Abdullah bin Siwal
6.
Abdul malik bin Habib
7.
Bakr al-Kinany Said ar-Rasyas
8.
Abbas bin Nasih
c.
Generasi ketiga
1.
Harsyan bin Abi Harsyan
2.
Ahmad bin Na’im as-Salma
3.
Abdul Malik bin Muhtar
4.
Usman bin al-Matsani
5.
Ahmad bin Batry
6.
Usman bin Syinni
7.
Ibnu al-Rumlah
8.
Al-Laby
9.
Muhammad bin Abdullah bin Ghazy
10.
Al-Khasyany
11.
Abbas bin Farsan
12.
Muhammad bin Abdullah
d.
Generasi keempat
1.
Yazid bin Thalhah
2.
Abu Shalih al-Maafiry
3.
Thahir bin Abdul Aziz
4.
Ibnu Hatib
5.
Al-Bughlu
e.
Generasi kelima
1.
Ufain bin Masud
2.
Ibnu Azhar
3.
Ibnu Ma’afy
4.
Al-Hakim
5.
Al-Qalfat
6.
Al-Afsyiniq
7.
Ibnu al-Aqbas
8.
Ibnu Arqam
9.
Zaid al-Barid
10.
Al-Ghafiqy
11.
Tsabit bin Abdul Aziz
12.
Qasim (putra Tsabit bin Abdul Aziz).
f.
Generasi Keenam
1.
Mundzir bin Said
2.
Yusuf al-Balwaty
3.
Ahmad bin Muhammad al-A‘raj
4.
Ahmad bin Yusuf
5.
Al-Maafiry
6.
Muhammad bin Yahya ar-Ribahy
0 التعليقات:
إرسال تعليق